Ketua DPR RI, Puan Maharani, meninjau langsung lokasi pertanian di Kabupaten Badung dalam kunjungan kerjanya di Bali. Bahkan, perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI tersebut tak ragu terjun bersama petani menanam padi di Desa Adat Sedang, Abiansamel, Badung, Rabu (28/9).
Puan menanam padi jenis Inpari 32 yang menghasilkan 7-9 per ton beras per hektare. Bersama 10 petani Desa Sedang, dirinya menanam bibit padi diselingi obrolan ringan. Sesekali, tampak mereka tertawa karena obrolan dibalut canda.
Panita acara sempat khawatir baju Puan akan kotor karena tanah di lahan pertanian tersebut cukup dalam. Bahkan sepatu boot milik Puan jeblos masuk ke tanah.
“Namanya nanam di sawah, ya pasti kotor,” kata Puan santai membuat para petani tergelak.
Ketua Kelompok Tani/Subak Pasekan Desa Sedang, Agus Gede Widita, menyampaikan pertanian di daerahnya saat ini kembali bangkit sebagai dampak positif dari pandemi Covid-19. Sebab setelah pariwisata Bali terpuruk akibat Covid-19, masyarakat yang sebelum pandemi bekerja di sektor pariwisata akhirnya kembali ke kampung untuk bertani.
“Hasilnya ketahanan pangan meningkat, membantu perekonomian warga dari hasil-hasil pertanian. Mudah-mudahan dengan Mbak Puan Maharani menanam, rakyat akan memanen lebih banyak lagi,” terang Agus seperti dikutip dari keterangan resmi, Rabu (28/9).
Setelah menanam padi, Puan lalu meninjau pameran UMKM hasil produksi pertanian setempat, mulai dari sayuran, padi, hingga beras. Ia pun memuji hasil pertanian Desa Sedang, apalagi sayur-sayurannya terlihat sangat bagus.
“Sayuran di sini segar-segar dan besar-besar,” ujarnya sambil memborong produk hasil pertanian yang dipamerkan seperti kacang merah, terong, dan timun.
Usai meninjau pameran hasil tani, mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia itu berdialog dengan warga. Ada lebih dari 2.000 warga yang hadir dalam dialog bersama Puan.
Dia pun memanggil sejumlah warga untuk berbincang langsung dengannya di atas podium. Salah satunya adalah Ketut Raka, petani kembang yang juga berjualan sesajen.
Ketut Raka bercerita harga bunga saat ini sangat murah, padahal ia tengah membutuhkan cukup dana karena anaknya sakit polio. Puan lalu memberikan bantuan kursi roda.
Pemangku Desa Adat setempat, Gusti Ngurah Jaya Putra, juga menyampaikan aspirasinya di hadapan Puan. Menurutnya, masalah pertanian di Desa Sedang adalah banyak sampah buangan di irigasi.
“Kami ingin ada tempat pembuangan sampah (TPS). Kami sudah merelakan tanah desa untuk TPS, tapi belum ada dana untuk membangun,” tutur Ngurah Jaya.
Puan lalu berjanji akan membantu menyampaikan aspirasi mengenai TPS kepada pihak Pemerintah. Apalagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memiliki program seperti itu.
“Saya akan tindaklanjuti supaya nanti ada mesin pengolahan sampah di sini,” ucap dia.
Sejumlah petani juga mengeluhkan kurangnya subsidi pertanian karena anggaran pemerintah di-refocusing untuk kesehatan, termasuk dikuranginya komoditi pupuk.
Puan menyatakan akan mendorong Pemerintah untuk meningkatkan bantuan bagi para petani. Menurutnya, petani selama ini sudah menjadi sumber kehidupan rakyat Indonesia, bahkan petani juga sudah berjasa turut menjaga tingkat inflasi.
“Bahkan saya mendapat informasi bahwa di Bali produk pertanian justru menjadi roda perputaran ekonomi di Bali,” imbuhnya.
Puan pun mengapresiasi petani di Badung yang turut terlibat dalam sektor hilir pertanian melalui produk-produk UMKM.
“Karena nilai tambahnya memang besar di hilir,” tutup cucu Proklamator RI Bung Karno itu.
(rir)