Medan, Berita Viral —
Walhi Sumatera Utara meminta Presiden Jokowi memberi perhatian pada kegiatan PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di Kecamatan Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Dalam dua tahun terakhir, Walhi mencatat aktivitas perusahaan sudah enam kali membuat warga keracunan.
Musibah kembali terjadi pada Selasa (27/9) lalu. Tercatat 79 warga menjadi korban keracunan atas kelalaian PT SMGP dan harus dirawat.
“Ini merupakan kejadian yang keenam selama kurun waktu 2 tahun terakhir. Bahkan pada 25 Januari 2021 silam, lima orang meninggal dunia dan 44 orang pingsan diduga akibat menghirup gas beracun dari kegiatan itu,” kata Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Doni Latupeirissa, Kamis (29/9).
Meski terus menimbulkan korban, kata Doni, pemerintah tidak kunjung memberikan sanksi tegas kepada perusahaan tersebut. Selama ini pemerintah hanya memberhentikan sementara aktivitas proyek.
“Operasi penambangan panas bumi yang dilakukan oleh PT SMGP ini pernah menimbulkan korban jiwa dan gangguan kesehatan serta kerusakan lingkungan dan kerugian secara ekonomi bagi warga setempat,” ujarnya.
Doni menambahkan dari informasi yang dihimpun Walhi Sumut saat kejadian 27 September lalu, awalnya masyarakat telah mendengar sosialisasi bahwa PT SMGP akan melakukan kegiatan uji alir sumur yang berada di wellpad T-11 yang beroperasi di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Sorik Marapi Kabupaten Madina pada pukul 15.00 WIB.
“Warga diimbau untuk menjauh dari titik uji alir sumur sampai dengan aktivitas pengujian tersebut selesai dilakukan. Akan tetapi di saat yang bersamaan warga mencium bau yang tidak sedap keluar dari titik kegiatan uji alir sumur yang berada di wellpad T-11,” urainya.
Menurut Doni warga merasakan gejala mual, muntah bahkan sampai mengalami pingsan. Bau tersebut diindikasi telah terkontaminasi oleh paparan gas H2S. Warga mengakui bahwa bau yang masuk ke wilayah pemukiman lebih bau seperti aroma telur busuk.
“Pada saat kejadian banyak warga sedang beraktivitas di sekitar well pad T. Jarak wilayah kelola masyarakat dengan titik semburan lumpur sekitar 200 meter sampai 1 kilometer. Setelah beberapa menit paparan bau meluas, warga mengaku ada imbauan agar mereka segera untuk menjauh dari lokasi,” ucapnya.
Atas kejadian yang kembali terulang itu, Walhi Sumut meminta Presiden RI dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mementingkan kesehatan dan keselamatan rakyat.
“Jika atas peristiwa ini pemerintah tidak melakukan upaya preventif dan tidak menutup segala aktivitas yang dilakukan oleh PT SMGP maka dapat dikatakan bahwa Pemerintah Indonesia abai terhadap nasib rakyat dan terlibat dalam pelaku kejahatan lingkungan hidup dan manusia yang terstruktur dan sistematis,” tegasnya.
Terpisah, Head Corporate Communications PT SMGP Yani Siskartika mengatakan perusahaan melaksanakan kegiatan uji alir sumur T-11 pada 27 September 2022 dalam rangka persiapan Unit III. Kegiatan tersebut dimulai pukul 15.10 WIB dan dihentikan sementara untuk penggantian oksigen pada alat pelindung diri (SCBA).
“Semua kegiatan telah sesuai prosedur yang berlaku, dan disaksikan tim dari Direktorat Jenderal EBTKE dan Dinas Lingkungan Hidup-Pemkab Mandailing Natal, bekerja sama dengan Polres Mandailing Natal, TNI, PAM Desa, Humas Lokal, aparat keamanan dan berbagai pihak lainnya,” ujar Yani dalam keterangannya, Rabu (28/9).
Yani membantah terjadi kebocoran gas beracun dari kegiatan itu. Namun saat bersamaan, dilaporkan bahwa warga Desa Sibanggor Julu dan Desa Sibanggor Tonga mengeluhkan gejala kesehatan. Sedangkan beberapa warga lainnya mengungsi dari tempat tinggalnya.
“Saat ini, SMGP fokus pada penanganan dan bantuan bagi warga. Kan, masih investigasi penyebab warga ke rumah sakit. Karena dari uji alir sumur tersebut sudah sesuai prosedur, bahkan disaksikan pihak EBTKE. SMGP berkomitmen untuk selalu memberikan dukungan kepada masyarakat, termasuk bantuan kesehatan,” urainya.
(fnr/pmg)
[Gambas:Video BRV]